KTT Tehran: Penekanan Multilateralisme dan Kerjasama Regional untuk Memerangi Ancaman

Hari Sabtu (08/12) Tehran menjadi tuan rumah dari Konferensi Tingkat Tinggi Parlemen Enam Negara Asia membahas tentang kerjasama internasional yang bertujuan mencegah dan memberantas terorisme.
Kantor Berita Qods (Qodsna) - Ketua Parlemen Iran, Afghanistan, Pakistan, Turki, Cina, dan Rusia menekankan peran sentral Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam memfasilitasi kerjasama internasional yang bertujuan mencegah dan memberantas terorisme dan ekstremisme di akhir Konferensi Teheran.
Deklarasi Konferensi Tehran juga menyampaikan kekhawatiran akan efek terorisme terhadap perdamaian, keamanan dan pembangunan, pemberantasan semua bentuk terorisme di kawasan dan pengabaian tindakan ganda dalam melawan terorisme.
Negara-negara yang berpartisipasi dalam konferensi Teheran masing-masing telah dirusak oleh terorisme. Pada saat yang sama, ada pengalaman berharga dalam kerjasama dalam memerangi terorisme, dimana memanfaatkan pengalaman berharga ini sangat penting untuk pemberantasan terorisme.
Serangan teroris di Iran, Afghanistan, Pakistan, Turki, Cina dan Rusia menunjukkan gambaran yang jelas tentang ancaman kolektif dan menuntut penanggulangan ancaman ini dengan kerjasama kolektif. Isu-isu utama yang diangkat pada konferensi Tehran dalam konteks ini menunjukkan bahwa enam negara yang fokus pada kerjasama ini siap untuk mengembangkan kerjasama melalui penciptaan mekanisme khusus untuk pertukaran informasi demi memerangi terorisme dan ekstremisme.
Saat ini ada dua ancaman serius; terorisme dan perdagangan narkoba, sebagai sumber pendanaan untuk kegiatan teroris di kawasan dengan fokus utamanya di Afghanistan dan Pakistan, tapi berdampak buruk bagi negara lain. Oleh karena itu, ketua-ketua parlemen enam negara yang berpartisipasi dalam konferensi Tehran menyambut semua upaya untuk mencapai perdamaian di Afghanistan dan penghapusan ancaman terorisme regional, ekstremisme dan perdagangan narkoba.
Amerika Serikat dan beberapa negara yang mengklaim memerangi terorisme pada kenyataannya mencari unilateralisme dan menggunakan terorisme sebagai alat. Perilaku ini telah menyebabkan negara-negara regional untuk berjuang melawan terorisme dengan berpikir untuk mengorganisir sistem regional yang dicontohkan oleh kerjasama Iran, Turki dan soal Suriah dan telah menjadi model yang sukses.
Presiden Republik Islam Iran Hassan Rouhani pada upacara pembukaan Konferensi ke-2 Ketua Parlemen Enam Negara kawasan menyatakan bahwa Republik Islam Iran sejak awal menjadi korban terorisme terbesar dan telah menghadapi fenomena menyeramkan ini seraya mempresentasikan delapan strategi untuk merealisasikan kawasan yang lebih kuat. Dikatakannya, "Tehran siap untuk berpartisipasi dalam membangun kawasan yang lebih kuat."
Konsolidasi hubungan multilateral dan bilateral, menciptakan keamanan jaringan dengan semua negara tetangga, keterlibatan serius dalam proses pemeliharaan perdamaian di wilayah ini, merupakan penguatan kekuatan pertahanan yang komprehensif dan multilateralisme dalam diplomasi dan perdagangan adalah salah satu strategi yang telah dikemukakan Republik Islam Iran pada konferensi Teheran.
Lee Hian, pakar media Cina menyinggung peran Iran dalam memerangi terorisme dan mengatakan, "Peran Iran dalam memerangi terorisme di kawasan tidak dapat diabaikan."
Lee Hian menilai terorisme berbahaya bagi semua negara di kawasan berbahaya dan ketika menjelaskan pentingnya upaya Republik Islam Iran dalam menciptakan keamanan di kawasan mengatakan, "Jika perang melawan terorisme melemah, berbagai negara di dunia akan terkena ketidakamanan."
Tentu saja, keamanan hari ini memiliki dimensi yang lebih luas dari yang lalu. Dalam hal ini, strategi yang disajikan oleh Ketua Parlemen Iran, Afghanistan, Pakistan, Turki, Cina dan Rusia di konferensi Teheran, termasuk menjaga keamanan kolektif dengan partisipasi negara-negara di kawasan ini.
social pages
instagram telegram twiter RSS