Skenario AS untuk
Kembali Serang Suriah

Oleh: Beritadunia
Kantor Berita Qods (Qodsna) - Tehran - Sebelum ini Amerika Serikat secara terang-terangan mengancam akan kembali menyerang Suriah. Sementara itu telah terungkap rencana serangan menggunakan senjata kimia oleh para teroris agar ada alasan bagi Amerika Serikat untuk melakukan serangan militer ke Suriah.
Dengan situasi seperti ini para pengamat menilai bukan tidak mungkin suatu saat Rusia akan memberikan perlawanan keras terhadao Amerika Serikat bilamana negara tersebut melakukan tindakan-tindakan provokatif.
Menurut Laporan Kantor Berita Qods (Qodsna) mengutip dari Beritadunia Rusia memperingatkan Amerika Serikat untuk tidak menjalankan rencananya melakukan serangan militer susulan ke Suriah. Menurut informasi yang didapat Kementerian Pertahanan Rusia, saat ini sebuah kelompok teroris di Propinsi Idlib sedang mempersiapkan segalanya untuk operasi penyerangan senjata kimia. Menurut Kementerian tersebut, rencana yang disusun Amerika Serikat ini adalah sebuah tindakan yang sangat provokatif.
Padahal sebelumnya Amerika Serikat baru-baru ini mengancam bila Damaskus sekali lagi menggunakan senjata kimia dalam operasinya, maka tak segan-segan pihaknya sekali lagi akan menghujani pos-pos tentara Suriah dengan rudal-rudalnya.
Menganalisa situasi ini Surat kabar Rusia, Nezavisimaya Gazeta menulis, “Serangan militer Amerika Serikat terhadap instalasi-instalasi militer Suriah bisa jadi dilakukan dari pangkalan udara Amerika Serikat yang bari didirikan di Suriah tepatnya di daerah timur laut Suriah, di propinsi Al-Hasakah. Sebagian media massa berbahasa Arab dan Rusia telah membahas masalah ini.
Berbagai sumber militer dan diplomat di media-media tersebut menegaskan bahwa pangkalan udara militer berada di kota Haddadi. Saat ini sedang dalam pembangunan untuk digunakan sebagai bandara bagi pesawat-pesawat militer AS. Pangkalan udara ini secara keseluruhan lebih baik dari pada pangkalan udara Hmeimim yang dioperasikan oleh Rusia di Suriah.
Upaya Amerika Serikat untuk menghancurkan kepentingan dan posisi Rusia di Suriah
Menurut surat kabar Rusia ini, tampaknya Washinton tak akan puas hanya dengan pemberlakuan sanksi ekonomi yang berat kepada Rusia. Mereka berencana untuk menghancurkan posisi Moskow di Suriah. Semua itu akan mereka lakukan dengan dalih yang mereka susun dan propagandakan, yakni tuduhan penyerangan senjata kimia di Suriah dimana Bashar Assad akan digambarkan sebagai aktor di balik serangan tersebut.
Pada saat ini terjadi ketegangan militer di Suriah di propinsi Idlib, dimana 70 persennya berada di bawah kontrol kelompok-kelompok pemberontak. Propinsi yang dihuni oleh sekitar 3 juta penduduk sipil. Para kelompok pemberontak sendiri menegaskan bahwa mereka berencana akan melakukan serangan terhadap pasukan pemerintah dan seluruh sekutunya dan mengusir mereka dari kawasan tersebut.
Kementerian Pertahanan Rusia menilai tadak menutup kemungkinan kapal perusak Sullivan milik Amerika Serikat akan memasuki perairan Teluk Persia demi memberikan kontribusi dalam menyerang instalasi-instalasi militer Suriah. Dengan demikian sudah jelas bahwa Amerika Serikat dan sekutunya saat ini sedang bersiap-siap untuk melakukan serangan milietr susulan ke Suriah.
Vladimir Popov, pakar militer Rusia saat melakukan dialog dengan media Rusia ini meyakini bahwa pihak Rusia sendiri juga akan mengantisipasi serangan tersebut. Menurutnya, kemungkinan besar Rusia juga akan mengirimkan pasukan ke perairan Mediterania. Ia juga tak menampik kemungkinan bahwa tindakan Armada Laut Rusia ini dapat membuat Amerika Serikat berpikir ulang untuk melakukan serangan terhadap instalasi-instalasi militer Suriah yang telah mereka rencanakan saat ini.
Saat ini para pejabat Moskow dan Tehran terus memberikan dukungannya kepada operasi pembersihan propisni Idlib dari kelompok-kelompok teroris oleh tentara Suriah. Meski saat ini posisi Turki masih abu-abu dalam hal ini. Meskipun sebelumnya Menteri Luar Negeri Turki, Mevlüt Çavuşoğlu telah melakukan kunjungan ke Moskow untuk membicarakan masalah tersebut dengan para pejabat senior Moskow termasuk dengan Presiden Rusia sendiri, Vladimir Putin. Dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, Ia mengungkapkan kekhawatirannya terhadap akibat-akibat negativ dari tindakan Damaskus. Hasil dari negosiasi antara Turki dan Rusia sendiri dalam hal ini masih belum jelas.
Barat dan para pendamba Perang di Suriah sedang bersiap untuk melakukan skenario serangan senjata kimia
Nezavisimaya Gazeta pada hari ini menulis, “Kemarin Juru Bicara resmi Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov mengumumkan bahwa menurut informasi yang telah diperoleh dari para penduduk propinsi Idlib, para kelompok yang saling berseteru di kawasan tersebut telah melakukan perdamaian dan mereka sepakat untuk bersiap untuk melakukan rencana provokatif dengan melancarkan serangan dengan senjata kimia. Dengan dilakukanya tindakan ini, Amerika Serikat bersama Ingris dan Perancis akan memperoleh dalih yang cukup untuk melakukan serangan kembali ke instalasi-instalasi militer Suriah.”
Menurut pejabat Rusia tersebut yang dinukil dari informasi penduduk setempat, serangan senjata kimia dengan menggunakan gas klorin akan dilakukan di sebuah area pemukiman di subdistrik Kafr Zita di propinsi Idlib. Rencananya serangan tersebut akan dilakukan satu atau dua hari ke depan. untuk itu saat ini para pakar di bidang ini yang menurut sumber lokal ini ‘berbicara dengan bahasa Inggris’, sedang beroperasi di kawasan Khatib di selatan area bebas ketegangan Idlib yang jaraknya sekitar enam km dari Kafr Zita. Menurut skenario, setelah dilakukannya serangan kimia tersebut, aksi heroik akan ditunjukkan oleh pasukan ‘Helm Putih’. Kemudian media-media bahasa Inggris dan Arab akan melakukan perannya dalam mengedarkan situasi rekayasa ini ke seluruh penjuru dunia dengan sangat masif. Dengan cara ini pasukan gabungan yang dikepalai Amerika Serikat memiliki dalih untuk sekali lagi disiagan ke Suriah.
Pengiriman pasukan Amerika Serikat ini tak lain bertujuan untuk menghancurkan segala stabilitas yang saat ini semakin membaik di Suriah serta untuk mengahadang adanya upaya penyelesaian krisis di negara tersebut.
Para pejabat Rusia sebelum ini juga kerap mengingatkan akan adanya rencana provokatif dari pihak agresor Suriah dengan skenario penyerangan senjata kimia. Sebenarnya Kementerian Pertahanan Rusia berupaya untuk membuktikan bahwa tentara Suriah tak pernah melakukan serangan senjata kimia dengan memaparkan sejumlah bukti. Ditambah lagi, para pakar internasional dan tim investigasi tak mendapatkan adanya bukti penggunaan senjata kimia yang dilakukan oleh pihak Suriah. Dan bahkan bukti-bukti yang terkait dengan penyerangan dengan senjata kimia dilaporkan telah dihilangkan. Meski demikian semua ini tak menghalangi Amerika Serikat untuk melakukan serangan rudalnya terhadap pangkalan udara militer Shayrat yang terletak di desa Khan Shaykhun di propinsi Idlib. Setelah serangan Amerika Serikat tersebut, Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia, setelah melakukan investigasi menyimpulkan bahwa semua foto dan video para korban yang digambarkan sebagai korban senjata kimia di kopta tersebut hanyalah rekayasa.
Apakah Suriah akan jadi medan pertempuran bagi AS dan Rusia?
Surat kabar Rusia, Pravda menulis, “Rencananya para perwakilan dari pasukan ‘Helm Putih’ akan menampilkan situasi tentang serangan kimia di sebuah area pemukiman di propinsi Idlib.
Menurut informasi yang diraih oleh Kementerian Pertahanan Rusia, tampaknya persiapannya akan memakan waktu beberapa hari untuk dilakukannya upaya publikasi ini.”
Menyinggung tentang Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia yang mengungkap skenario ini, surat kabar ini menyebut bahwa Amerika Serikat sendiri sudah mempersiapkan diri demi dilakukannya tindakan provokatif di Suriah ini. Kapal perusak Sullivan milik Amerika Serikat yang dilengkapi dengan 56 peluru kendali jelajah kini telah disiagakan di perairan Teluk Persia.
Selain itu John Bolton, pensehat Keamana Nasional Amerika Serikat juga telah mengingatkan, bila Bashar Assad sekali lagi menggunakan senjata kimia, maka pasukan koalisi sekali lagi akan melakukan serangan rudal ke Suriah dengan level yang lebih tinggi.
Menanggapi pernyataan ini, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Ryabkov pada hari sabtu lalu balik mengancam Washington. Ia memperingatkan AS untuk jangan pernah melakukan tindakan provokatif ini. “Kami sekali lagi menyaksikan era kehancuran baru. Kita juga mendengan ancaman-ancaman dari pihak Washington yang untuk saat ini diungkapkan dengan terang-terangan. Namun ini semua tak akan menghalangi kami untuk tetap berjalan di jalur yang benar. Yakni menghancurkan seluruh pangkalan-pangkalan teroris yang tersisa di Suriah dan merubah negara tersebut untuk kembali menjadi negara yang normal kembali.”
Salah seorang pakar militer Rusia yang juga merupakan anggota dewan pakar di ‘Petinggi Rusia’ meyakini, serangan militer Amerika Serikat ke Suriah bila memang benar-benar terjadi pasti Rusia akan memberikan perlawanan yang sangat berat dalam melindungi nyawa penduduk sipil. Menurutnya, pasukan pertahanan udara Rusia sangat siap untuk menghadang dan menghancurkan rudal-rudal yang setiap saat akan ditembakkan. Namun, di sisi lain Rusia berusaha untuk menghindari segala bentuk ketegangan langsung dengan Amerika Serikat.
Pakar Rusia ini juga menyebut Rusia memiliki berbagai skenario untuk memberikan perlawanan terhadap kemungkinan serangan dan sikap provokatif Amerika Serikat ini. Bahkan Ia menganggap tertempuran langsung antara Rusia dan Amerika Serikat bukan tidak mungkin terjadi.
Menurutnya, situasi yang ada saat ini dengan segala ancamannya menunjukkan bahwa barat beserta sekutunya sekali lagi ingin menunjukkan kedigdayaan mereka di hadapan Rusia. Mereka berusaha menunjukkan pada dunia bahwa apa yang dilakukan Rusia di Suriah dengan menghabisi kelompok-kelompok teroris tak begitu berharga. Meski demikian tak boleh gegabah dan harus berhati-hati dalam memberikan reaksi dan perlawanannya agar tidak terjadi bencana yang baru dan membawa kerugian yang lebih besar bagi semua pihak.