4th Nov Puncak
Penghinaan AS
Simbol Perlawanan

Tanggal 13 Aban (kalender nasional Iran) yang bertepatan dengan 4 November, dalam lembaran sejarah perjuangan rakyat Iran mengingatkan tentang tiga peristiwa penting di tiga masa paling menentukan nasib bangsa ini.
Kantor Berita Qods (Qodsna) - Ketiga momen penting itu adalah peringatan pengasingan Imam Khomeini ke Turki, pembunuhan sejumlah pelajar Iran oleh rezim Syah di awal kemenangan Revolusi Islam yang dikenang sebagai Hari Pelajar Iran dan gerakan revolusioner para mahasiswa Iran pengikut garis Imam Khomeini yang menduduki gedung kedutaan besar Amerika Serikat di Tehran.
Peristiwa-peristiwa penting itu masing-masing memiliki kedudukan khusus dalam sejarah perjuangan revolusi rakyat Iran dan memainkan peran determinan dalam menentukan kemenangan Revolusi Islam di negara ini.
Titik kesamaan tiga peristiwa ini adalah gerakan revolusi dan anti-penjajahan rakyat Iran yang merupakan pondasi kemerdekaan negara dan perlawanan terhadap kubu imperialisme.
Oleh karena itu tanggal 13 Aban di kemudian hari berubah menjadi simbol perlawanan bangsa Iran terhadap penjajahan, dan peristiwa yang terjadi di hari ini dapat dilukiskan sebagai puncak permusuhan kronis Amerika, sekaligus simbol persatuan rakyat Iran dalam menghadapi Setan Besar.
Imam Khomeini terkait hari besar, 13 Aban mengatakan, 13 Aban adalah hari perlawanan rakyat Iran dalam menghadapi tipu muslihat musuh dan hari perwujudan semangat revolusioner bangsa Iran di jalan perubahan dan tekad menjaga hasil-hasil revolusi Islam.
Secara garis besar, ketiga peristiwa bersejarah itu akan dianalisa dari tiga sisi, sejarah, politik dan kesesuaiannya dengan situasi terkini terutama permusuhan Amerika terhadap Iran. Campur tangan Amerika sepanjang sejarah Iran kontemporer bukan masalah yang mudah dihapus begitu saja dari benak setiap rakyat Iran.
39 tahun lalu, tepatnya tanggal 13 Aban atau 4 November 1979, sekelompok mahasiswa pengikut garis perjuangan Imam Khomeini melakukan sebuah gerakan politik revolusioner untuk memprotes konspirasi-konspirasi Amerika yang ingin menggulingkan Revolusi Islam Iran, dengan menduduki "Sarang Mata-mata", istilah yang disematkan pada kedubes Amerika di Tehran.
Hari ini pada kenyataannya adalah hari para pemuda revolusioner yang dengan aksinya menduduki Sarang Mata-mata, berhasil menggagalkan konspirasi besar musuh.
Dalam lembaran sejarah politik Iran, sebelumnya juga terjadi gerakan-gerakan melawan intervensi dan konspirasi penjajah yang masing-masing menempati posisi penting dalam perkembangan politik Iran.
Di antara peristiwa yang ikut menentukan masa depan perjalanan bangsa Iran itu adalah kudeta yang didalangi Amerika dan Inggris terhadap pemerintahan Iran di tahun 1953, kebangkitan bersejarah Imam Khomeni melawan rezim tirani Syah pada 15 Khordad 1342 Hs (1963) dan rangkaian peristiwa sosial politik Iran hingga terbitnya kemenangan Revolusi Islam.
Memperhatikan rangkaian peristiwa-peristiwa bersejarah Iran ini menunjukkan kepada kita bahwa infiltrasi Amerika sedemikian dalamnya sampai negara itu lancang menerapkan undang-undang kapitulasi di Iran, sebuah undang-undang yang tidak pernah diterima di negara manapun, kecuali oleh segelintir orang saja.
Imam Khomeini pada bulan Oktober 1964 menyebut undang-undang kapitulasi sebagai stempel perbudakan rakyat Iran. Intervensi sewenang-wenang Amerika di Iran menyebabkan Imam Khomeini menjuluki negara itu sebagai "Setan Besar".
Rezim Syah yang saat itu pondasi pemerintahannya goyah dan di ambang keruntuhan akibat pencerahan-pencerahan yang diberikan Imam Khomeini terhadap rakyat Iran, mengira satu-satunya jalan untuk menyelamatkan pemerintahan adalah dengan mengasingkan Imam Khomeini, namun pengasingan itu ternyata tidak mampu memadamkan api perjuangan rakyat Iran.
Sebelum kemenangan Revolusi Islam di Iran, Amerika mengerahkan seluruh upayanya untuk mendukung rezim Syah dan mencegah kemenangan revolusi Islam, dan pasca kemenangan revolusi, negara itu mengubah kedubesnya di Tehran menjadi pusat penyusunan rencana dan realisasi penggulingan revolusi, sehingga bisa menjalankan sebagian aksinya yang berkedok langkah diplomatik untuk mengalahkan atau menyimpangkan pemerintahan Islam yang baru lahir, dari Sarang Mata-mata mereka yang berpusat di Tehran.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei sehubungan dengan peristiwa-peristiwa bersejarah dan saat menjelaskan 12 Aban sebagai hari kebangkitan rakyat Iran dalam menghadapi konspirasi penjajah, menuturkan, 13 Aban adalah hari perwujudan kembali kebebasan, keberanian dan kemuliaan revolusi bangsa kita. Kemuliaan, kesejahteraan dan independensi negara ini diraih berkat perlawanan atas kubu imperialisme dunia.
Dengan memperhatikan langkah-langkah permusuhan Amerika dan konspirasinya seperti invasi militer gagal di Tabas dan kudeta gagal Neqab (Nejat Qeyame Iran Bozorgh) atau kebangkitan menyelamatkan Iran besar, yang dilancarkan pasca kemenangan Revolusi Islam Iran menunjukkan bahwa Amerika memang menerapkan kebijakan penggulingan sebagai strategi utamanya untuk mempertahankan pengaruhnya di kawasan.
Realitasnya, sejarah hubungan Iran-Amerika, sarat dengan rekam jejak hitam dan gelap, penuh konspirasi, intervensi dan permusuhan. Dari perjalanan bangsa Iran kurang lebih setengah abad, banyak bukti campur tangan langsung maupun tidak langsung Amerika dalam urusan internal Iran.
Kemenangan Revolusi Islam Iran dengan berbagai alasan telah menyulitkan gerak kekuatan imperialis global. Revolusi Islam di jalur yang digambarkan Imam Khomeini, telah mengubah nilai dan cita-citanya sebagai simbol gerakan menuntut kebenaran di arena politik dan sosial dunia.
Karena sampai hari ini, diskursus Revolusi Islam masih menjadi bagian dari cita-cita bangsa-bangsa penuntut keadilan. Akar revolusi yang menghunjam dan kekuatan internalnya harus diakui telah memupus mimpi Amerika untuk menaklukkan bangsa Iran.
Rahbar menjelaskan realitas ini dengan mengutip pengalaman penting masa lalu dan terkait pengulangan istilah "penggulingan" oleh pejabat-pejabat Amerika mengatakan, istilah ini bukan baru dan selalu digunakan pejabat Amerika sejak awal kemenangan Revolusi Islam di Iran.
Bahkan presiden Amerika yang pernah mengaku tidak berusaha melakukan penggulingan, sebenarnya ingin menggulingkan pemerintahan Islam Iran dan niat serta tujuannya jelas. Kenyataannya adalah, permasalahan asli Amerika dengan Iran adalah perlawanan pemerintahan Islam terhadap penindasan Amerika.
Revolusi ini lebih dari apapun, menunjukkan bahwa sebuah bangsa yang tidak memiliki apapun dapat menjadi sumber perubahan besar bahkan dalam konstelasi dan perimbangan kekuatan dunia.
Tidak diragukan, sebagaimana disinggung Rahbar, sudah menjadi ketentuan Ilahi bahwa musuh akan kalah dan nasib presiden Amerika saat ini tidak akan lebih baik dari para pendahulunya, seperti halnya Bush dan Reagen, seperti juga mereka, ia akan hilang ditelan sejarah.